Yoga

Dhyana Yoga (Meditasi) untuk Membangkitkan Kesadaran Jiwa

Dhyana Yoga (Meditasi) untuk Membangkitkan Kesadaran Jiwa – Hidup manusia adalah anugerah tak ternilai dari Tuhan. Tidak ada hadiah yang lebih besar dari ini yang Tuhan berikan kepada makhluk-Nya. Kemampuan dan potensinya luar biasa hingga hasilnya bisa membuat kita takjub. Hidup ini diberikan kepada kita untuk mencapai tujuan ilahi. Tapi sayangnya, kita malah lupa akan hakikat kita yang sebenarnya, lupa akan anugerah Tuhan, dan juga lupa akan tujuan hidup manusia. Kita tidak tahu potensi diri kita yang sesungguhnya, tidak memahami tujuan Tuhan, kebijaksanaan-Nya, maupun meditasi. Akibatnya, kita tersesat dalam dunia yang gelap dan membingungkan.

Biasanya, orang memang sering lupa sesuatu, entah itu benda, cerita yang pernah mereka dengar, atau bahkan seseorang yang dulu mereka kenal. Tapi anehnya, jarang ada orang yang lupa akan dirinya sendiri. Kita mengira bahwa kita hanyalah tubuh dengan nama dan bentuk tertentu. Kita menginginkan apa yang diinginkan oleh pikiran kita, dan kita menganggap kebutuhan tubuh sebagai kebutuhan kita sendiri. Tubuh dan pikiran ibarat dua roda yang menggerakkan kehidupan kita. Tapi kita benar-benar lupa bahwa kita ini sebenarnya adalah jiwa, bukan sekadar tubuh.

Memang, kita sering mendengar bahwa tubuh berbeda dari jiwa. Tapi hanya sedikit orang yang benar-benar merasakannya. Kalaupun ada yang menyadari, sering kali pemahamannya masih samar. Jika kita benar-benar memahami hakikat sejati diri kita dan membedakan antara kekuatan hidup dengan hal-hal lain yang hanya bersifat sementara, kita akan lebih mengutamakan kesejahteraan jiwa. Kita akan memperlakukan benda-benda duniawi hanya sebagai alat, bukan tujuan utama hidup kita. Saat ini, kita seperti berjalan tanpa alas kaki tapi justru menghiasi mobil kita dengan emas. Kita kelaparan, tapi malah menuangkan ghee (mentega murni) ke mesin kendaraan. “Kita” di sini adalah jiwa, sedangkan “kendaraan” adalah tubuh atau pikiran kita. Tuhan yang seharusnya kita layani malah kita lupakan.

Mencapai Tujuan Jiwa

Tujuan hidup adalah mencapai kepenuhan diri. Dan kepenuhan diri hanya bisa diraih melalui kebangkitan kesadaran ilahi. Untuk mencapai Tuhan, pikiran kita harus fokus kepada-Nya. Sebelum membangun gedung besar, arsitek selalu membuat rancangan atau modelnya terlebih dahulu. Begitu juga dalam meditasi, kita perlu membangun gambaran tentang Tuhan—sifat, tindakan, dan kebijaksanaan-Nya. Dengan begitu, kita akan merasa lebih dekat, menyatu, dan menyadari keberadaan-Nya dalam hidup kita. Itulah hakikat sejati dari meditasi.

Meditasi bertujuan untuk mengembalikan ingatan kita yang hilang tentang jati diri kita. Jika kita berhasil menemukannya kembali, rasanya seperti seseorang yang akhirnya terbangun dari mimpi buruk yang menakutkan. Seperti anak kecil yang tersesat di tengah keramaian, atau seseorang yang kehilangan ingatan tentang siapa dirinya. Kehilangan kesadaran ini membuat kita tersesat dan menyakiti diri sendiri, juga orang-orang terdekat kita. Karena kita lupa bahwa kita adalah jiwa yang kuat, kita malah hidup seperti singa yang tumbuh dalam kawanan kambing. Kita menekan potensi sejati kita, yang seharusnya bersinar sebagai sifat ilahi dalam diri kita.

Meditasi bertujuan untuk mengembalikan kesadaran kita bahwa kita ini adalah jiwa, bukan tubuh semata. Saat kita mengingat Tuhan dan menyadari hakikat sejati kita, kita akan merasakan kembali hubungan kita dengan-Nya. Koneksi ilahi yang selama ini terputus bisa kita perbaiki kembali. Ibarat pohon Kalpavriksha (pohon pengabul harapan), kesadaran ini bisa memberikan segala yang kita butuhkan. Setelah kita kembali menyatu dengan sumber kekuatan ilahi, kita tidak akan kekurangan apa pun lagi. Inilah tujuan utama meditasi.

Kekuatan Konsentrasi

Memiliki kekuatan spiritual bukanlah hal luar biasa. Yang penting adalah bagaimana kita menggunakannya dengan bijak dan tidak menyia-nyiakannya. Seperti air laut yang menguap karena panas, atau uap yang keluar saat kita memasak—semuanya hanya terbuang sia-sia. Tapi jika uap ini dikumpulkan dan digunakan dalam mesin uap, maka bisa menggerakkan lokomotif yang membawa banyak gerbong dengan kecepatan tinggi.

Contoh lain, jika bubuk mesiu ditaburkan di tanah lalu dinyalakan, hanya akan ada kilatan cahaya sesaat sebelum semuanya habis terbakar. Tapi jika bubuk mesiu diletakkan dalam selongsong peluru dan ditembakkan dari pistol, maka daya dorongnya akan sangat besar, membuat peluru melesat dengan kecepatan tinggi.

Cahaya matahari tersebar ke seluruh bumi setiap hari, memberikan sedikit panas dan cahaya. Tapi jika cahaya ini difokuskan dengan kaca pembesar ke selembar kertas, kertas itu bisa terbakar. Bahkan, jika dilemparkan ke dalam hutan, bisa menyebabkan kebakaran besar.

Dalam cerita Mahabharata, saat latihan memanah, Dronacharya bertanya kepada murid-muridnya, “Apa yang kalian lihat?” Sebagian besar menjawab, “Saya melihat burung di atas pohon.” Tapi Arjuna berkata, “Saya hanya melihat mata burung.” Maka Dronacharya berkata, “Kamu pasti akan berhasil.” Dan benar saja, di sayembara Swayamvara Draupadi, Arjuna menembakkan panah tepat ke mata burung dan memenangkan kompetisi.

Begitu pula dengan fokus pikiran kita. Jika kita terus-menerus memikirkan sesuatu, lambat laun kita akan menjadi seperti hal yang kita pikirkan itu. Misalnya, seseorang yang selalu memikirkan kecantikan dan kemudaan bisa tampak lebih awet muda. Sebaliknya, seseorang yang terus-menerus merasa cemas dan penuh masalah bisa terlihat lebih tua sebelum waktunya.

Konsentrasi dalam spiritualitas berarti mengarahkan seluruh kekuatan pikiran kita ke satu titik yang suci, tanpa membiarkannya menyebar ke hal-hal yang sia-sia. Itulah yang disebut dengan “pengendalian pikiran” dalam kitab suci. Inti dari meditasi adalah seni memusatkan pikiran kita. Sekilas mungkin terdengar biasa saja, tapi sebenarnya ini adalah pencapaian luar biasa.

Air yang dibiarkan mengalir ke mana-mana hanya akan menguap. Tapi jika dialirkan melalui bendungan dan dipusatkan ke dalam turbin, bisa menghasilkan energi listrik yang menggerakkan mesin-mesin besar. Sama halnya dengan pikiran manusia. Jika dibiarkan mengembara tanpa arah, hanya akan terbuang sia-sia. Tapi jika dipusatkan pada satu tujuan, bisa menghasilkan energi luar biasa untuk mencapai hal-hal besar.

Inilah yang membuat para ilmuwan, filsuf, seniman, pemimpin, dan tokoh-tokoh besar memiliki keunggulan dibandingkan orang biasa. Bukan karena tubuh mereka berbeda atau karena mereka memiliki kekuatan ajaib, melainkan karena mereka bisa memusatkan pikiran dan energinya pada tujuan yang jelas.

Setiap orang punya energi intelektual yang besar, hanya saja tidak semua orang mengaktifkannya. Orang yang pintar pun tampak tidak berdaya saat tidur. Tapi ketika bangun, kecerdasannya kembali bersinar. Begitu juga dengan kekuatan pikiran kita—jika kita mau melatihnya, kita bisa mencapai potensi tertinggi kita.

Banyak benang kecil bisa menjadi tali yang kuat jika disatukan. Banyak bulu sapu bisa menjadi alat pembersih yang efektif jika dikumpulkan dalam satu ikatan. Begitu juga dengan pikiran—jika kita bisa mengendalikan pikirannya dan mengarahkannya pada satu tujuan, hasilnya bisa luar biasa.

Orang-orang besar dalam sejarah adalah mereka yang bisa memusatkan pikirannya pada satu tujuan. Mereka tidak membiarkan pikirannya terpecah-pecah ke hal-hal yang tidak berguna. Seperti penyelam yang masuk ke dasar laut untuk mengambil mutiara, mereka menyelami kedalaman pikiran mereka sendiri untuk menemukan kebijaksanaan sejati. Dan itulah inti dari meditasi—mengarahkan kekuatan batin kita ke satu titik yang penuh makna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *